Palupost.com - Bentrokan berdarah antar warga Desa Karawana dan Desa Soulove patua kembali pecah, Kamis sore (3/2) sekitar pukul 15.00 Wita. Sebelumnya, Senin (31/1) sekitar pukul 06.00 Wita, warga Desa Karawana juga terlibat bentrok dengan warga Desa Potoya sehingga tiga buah rumah di persahawan terbakar.
Dari informasi yang berhasil dihimpun Nuansa Pos dilokasi bentrok, bermula dari ratusan warga Desa Soulove patua yang berkumpul di perbatasan desa untuk memantau situasi bentrok antarwarga Desa Karawana dengan warga Desa Potoya, masih tetangga desa yang terjadi Kamis pagi. Warga Desa Karawana mengira warga Desa Soulovepatua akan menyerang desa mereka. Pada saat yang sama berembus isu bahwa warga Desa Soulovepatua ikut membantu warga Desa Potoya saat terjadi bentrok.
Warga Desa Karawana kemudian diduga menyerang ke arah Desa Soulovepatua serta membakar sebuah rumah milik seorang guru bernama Darfin (48), merusak rumah milik Hermansyah (anggota Polres Donggala) dan rumah milik Laboje. Beruntung rumah Laboje hanya bagian dapur yang terbakar. Selain itu, sejumlah gubuk di persawahan Desa Soulove patua juga dibakar massa. Bentrokan pun tak terhindarkan yang melibatkan ratusan warga dua desa dengan menggunakan batu, senjata tajam jenis parang, tombak, dan senjata api dum-dum, serta senapan angin dan sumpit.
Akibat bentrokan itu, tujuh warga Soulovepatua mengalami luka cukup serius setelah terkena busur, senapan angin dan dum-dum. Mereka yang terluka itu diketahui bernama Rifki, Dedy, Muliawan, Ime, Mitan, Arwan, dan Sahar. Dari pihak Desa Karawana terdapat dua korban luka tapi belum teridentifikasi. Guna mengantisipasi bentrokan itu, ratusan personil kepolisian dari Polsek Kecamatan Dolo, Polres Donggala, dan BKO Ditsamapta Polda dan pasukan Brimob Mamboro, terpaksa berulang kali melepaskan tembakan ke udara. Polisi berupaya meredam situasi dan membubarkan konsentrasi massa. Namun hingga pukul 18.00 Wita, ratusan massa dari dua desa masih terlibat kerja-kejaran dengan polisi di persawahan milik warga.
Kapolres Donggala, AKBP I Nengah Subagia, bersama Bupati Sigi Aswadin Randalembah dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sigi Gesang Yuswono tampak turun ke lapangan mengajak warga dari dua desa agar menahan diri dan tidak bertindak sendiri. "Saya dari kepolisian meminta kepada warga Karawana dan Soulovepatua untuk segera mundur dan kembali ke rumah masing-masing. Saya akan bertindak tegas jika masih ada yang melakukan tindakan melanggar hukum," teriak I Nengah Subagia dari mobil pengeras suara milik Sabhara Polda Sulteng.
Sementara itu, Bupati Aswadin mengaku tidak tahu apa permasalahan hingga memicu bentrokan antarwarga di Kecamatan Dolo itu. Namun dia mengatakan apapun penyebab masalah yang muncul, pihaknya bersama unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FPKD) Sigi tetap berupaya semaksimal mungkin untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di wilayahnya. "Saya bersama dengan unsur FKPD akan terus berupaya mendamaikan masyarakat yang bertikai. Untuk itu saya imbau kepada seluruh warga di Sigi tanpa terkecuali untuk senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah desa masing-masing," ujarnya.
Aswadin juga menambahkan, untuk menyelesaikan konflik itu, pihaknya akan segera menggelar pertemuan seluruh perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, dan adat se-Kecamatan Dolo dalam rangka terciptanya kedamaian di tanah Sigi. Hingga kini ratusan aparat bersenjata lengkap masih bersiaga penuh di perbatasan dua desa untuk mencegah bentrok susulan. (yud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar